KIEV – Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba meminta pasukan Rusia berhenti menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terbesar di Eropa yang berada di Ukraina pada Jumat (4/3/2022), setelah terjadi kebakaran.
Kobaran api muncul di unit PLTN Zaporizhzhia setelah serangan Rusia, menurut juru bicara PLTN tersebut, Andrei Tuz. Stasiun di Zaporizhzhia, sebuah kota industri di tenggara Ukraina, diketahui memasok sekitar 40 persen tenaga nuklir negara itu.
Dilansir dari Kompas, militer Rusia telah membombardir kota-kota di Ukraina dengan peluru dan rudal, memaksa warga sipil untuk meringkuk di ruang bawah tanah, termasuk di Chernobyl, lokasi bencana nuklir terburuk di dunia. Namun, Kuleba memperingatkan bahwa dampak dari bencana di PLTN Zaporizhzhia akan jauh lebih buruk.
“Jika meledak, itu akan menjadi 10 kali lebih besar dari Chernobyl! Rusia harus segera menghentikan tembakan, mengizinkan petugas pemadam kebakaran, membangun zona keamanan,” twit Kuleba, dikutip dari Kantor Berita AFP.
Kuleba menulis bahwa pasukan Rusia menembaki fasilitas pembangkit listrik itu dari semua sisi. Badan Energi Atom Internasional PBB sendiri telah mendesak Rusia untuk menghentikan semua tindakan di fasilitas nuklir Ukraina, termasuk lokasi bencana Chernobyl 1986.
Bencana Chernobyl sendiri adalah kecelakaan pada reaktor PLTN Chernobyl. PLTN ini terletak di Pripyat, Ukraina, yang dulu jadi bagian Uni Soviet. Laman Kementerian Luar Negeri Ukraina menyebut, total isotop radioaktif yang dilepaskan dari kecelakaan tersebut 30 kali lebih tinggi dibandingkan ledakan bom atom di Hiroshima, Jepang, pada 1945.